Cerita <u>Flash Fiction</u> yang menceritakan bagaimana seorang remaja mempunyai semangat yang begitu besar terhadap hidupnya. Silahkan dibaca dan disimak :
“ Pak minta pak, bu minta bu, saya belum makan dari pagi “ Kata Elang kepada orang yang tengah lalu-lalang disekitarnya. Tapi na’as tak ada satupun yang menggubrisnya.
Elang, seorang anak umur 10 tahun yang kini hidup sebatang kara, tanpa asuhan dan dampingan siapapun ia harus terus berjalan menjalani hidup yang rumit ini sampai nanti ajal menjemputnya.
Tak pelak, kerjaan sehari-harinya ialah pengemis, ditambah seminggu sekali menjajakan koran di kawasan perumahan elite yang tidak jauh dari rumahnya, terkadang sesekali dalam hati muncul konflik batin yang sampai saat ini masih sering terjadi.
“ Ya Tuhan, mengapa engkau begitu tega memberiku cobaan sampai saat ini ? Apakah tak cukup kau mengambil orang-orang tersayangku ? Apakah kau tak cukup membuat hidupku melarat seperti ini ? “ Sering kali beberapa kalimat itu terpintas dalam dirinya.
Konflik-konflik dan permasalahan yang timbul dalam hatinya tidak kunjung usai. Elang begitu iri saat sesekali ada orang memakai mobil untuk berjalan-jalan, atau melihat orang sekelilingnya dengan bahagia bisa menuntut pendidikan, terlebih lagi dia sangat cemburu ketika ada anak yang bisa tertawa ria dengan orang tuanya. Elang tertunduk lesu saat semua kejadian itu tepat didepan matanya.
Terkadang ia ingin mengadu dan menumpah-ruahkan semua air matanya, serta mencurahkan semua keluh kesah hidupnya. Tapi dengan siapa ? Batin Elang.
Elang sadar, ia tidak memiliki apapun. Tapi tulisan kecil di dinding dekat rumahnya mengubah semua pemifikiran tentang dunia yang dianggapnya seperti neraka.
Saat kau sendiri, ingatlah orang-orang tersayangmu. Karena mereka tidak pernah pergi, melainkan hanya izin darimu untuk melihat dirimu berkembang dari jauh, dan terus berada di dalam palung hatimu. Dan saat itu kau mampu menghadapi dunia ini !
Mata hatinya terbuka. Kini ia sadar bahwa hidupnya tidak untuk sia-sia. Dan mulai saat itu Elang berjanji kepada dirinya sendiri kalau ia akan bisa membuktikan kepada orang-orang yang pernah menyepelekannya bahwa ia mampu dan bisa untuk merubah dunia.
Dan dengan perlahan ia mampu merengkuh mimpi-mimpinya selama ini, banyaknya kisah pahit yang sering ia telan. Kini seolah menjadi cambuk emas kalau ia semakin berambisi untuk meraih masanya, dimana ia berdiri tegak dengan kesuksesan. Ia menjadikan semua yang ada dalam hidupnya semata-mata untuk pengalaman dan mempersiapkan diri untuk lebih maju.
Dengan mata berapi-api dan semangat burung elang yang begitu hebat ketika burung itu ingin menikam matanya tertanam erat dalam dirinya. Dengan hanya bermodalkan mimpi dan semangat ia mulai beranjak membangun hidupnya yang baru.
SALAM PENA SAHABAT :)
“ Pak minta pak, bu minta bu, saya belum makan dari pagi “ Kata Elang kepada orang yang tengah lalu-lalang disekitarnya. Tapi na’as tak ada satupun yang menggubrisnya.
Elang, seorang anak umur 10 tahun yang kini hidup sebatang kara, tanpa asuhan dan dampingan siapapun ia harus terus berjalan menjalani hidup yang rumit ini sampai nanti ajal menjemputnya.
Tak pelak, kerjaan sehari-harinya ialah pengemis, ditambah seminggu sekali menjajakan koran di kawasan perumahan elite yang tidak jauh dari rumahnya, terkadang sesekali dalam hati muncul konflik batin yang sampai saat ini masih sering terjadi.
“ Ya Tuhan, mengapa engkau begitu tega memberiku cobaan sampai saat ini ? Apakah tak cukup kau mengambil orang-orang tersayangku ? Apakah kau tak cukup membuat hidupku melarat seperti ini ? “ Sering kali beberapa kalimat itu terpintas dalam dirinya.
Konflik-konflik dan permasalahan yang timbul dalam hatinya tidak kunjung usai. Elang begitu iri saat sesekali ada orang memakai mobil untuk berjalan-jalan, atau melihat orang sekelilingnya dengan bahagia bisa menuntut pendidikan, terlebih lagi dia sangat cemburu ketika ada anak yang bisa tertawa ria dengan orang tuanya. Elang tertunduk lesu saat semua kejadian itu tepat didepan matanya.
Terkadang ia ingin mengadu dan menumpah-ruahkan semua air matanya, serta mencurahkan semua keluh kesah hidupnya. Tapi dengan siapa ? Batin Elang.
Elang sadar, ia tidak memiliki apapun. Tapi tulisan kecil di dinding dekat rumahnya mengubah semua pemifikiran tentang dunia yang dianggapnya seperti neraka.
Saat kau sendiri, ingatlah orang-orang tersayangmu. Karena mereka tidak pernah pergi, melainkan hanya izin darimu untuk melihat dirimu berkembang dari jauh, dan terus berada di dalam palung hatimu. Dan saat itu kau mampu menghadapi dunia ini !
Mata hatinya terbuka. Kini ia sadar bahwa hidupnya tidak untuk sia-sia. Dan mulai saat itu Elang berjanji kepada dirinya sendiri kalau ia akan bisa membuktikan kepada orang-orang yang pernah menyepelekannya bahwa ia mampu dan bisa untuk merubah dunia.
Dan dengan perlahan ia mampu merengkuh mimpi-mimpinya selama ini, banyaknya kisah pahit yang sering ia telan. Kini seolah menjadi cambuk emas kalau ia semakin berambisi untuk meraih masanya, dimana ia berdiri tegak dengan kesuksesan. Ia menjadikan semua yang ada dalam hidupnya semata-mata untuk pengalaman dan mempersiapkan diri untuk lebih maju.
Dengan mata berapi-api dan semangat burung elang yang begitu hebat ketika burung itu ingin menikam matanya tertanam erat dalam dirinya. Dengan hanya bermodalkan mimpi dan semangat ia mulai beranjak membangun hidupnya yang baru.
SALAM PENA SAHABAT :)
Luar biasa. Mengesankan sekali. Mengagumkan.
BalasHapusSaya, http://horseeeh.blogspot.com/