Kugoreskan
sebuah silet di ruas-ruas jemariku.
Berharap
kekecewaan ini dapat berlalu.
Bahkan kalau
bisa ingin aku melewati ambang waktu.
Dan hadir di
surga untuk mengadu.
Tentang semua
lukaku.
Bayangmu begitu menancap di hati.
Sangat sulit untuk mati.
Karena kenangan itu begitu terekam
di memori.
Hingga atap bumi ambrukpun dirimu
takkan pernah terganti.
Malam inipun
hadir seorang diri.
Tanpa senyuman
manja rembulan yang biasanya menari.
Tanpa kelipan
bintang yang baisanya menghiasi.
Sama seperti
jiwa ini yang selalu sepi.
Biasanya..
Tiap matahari redup, wajahmu kian
jelas menari.
Didepan tatap sorot mataku bak
bidadari.
Tapi apa...
Kau telah pergi.
Dan selamanya takkan pernah
kembali..
Dan kini sudah tenang di sebuah
tempat bernama Altar Putih.
"Bahagiakanlah kekasihmu, jika kau benar-benar mencintainya, buatlah sebisa mungkin dia terus tersenyum karenamu. Sebeluk senyumnya terenggut oleh kematiannya."
mantab puisinya :D
BalasHapusMakasih sob :)
Hapus