Hallo sob, ketemu lagi nih ama gue.
Gue
harep ocehan-ocehan dari orang ganteng ini gak buat lo bete ya :D
Tema
kali ini: Satu kosong-kosong.
“Apaan
sih itu?”
“Skor
bola.”
“Loh?
Bukannya skor bola biasanya satu – kosong?”
“Iya…
Yang maen ada tiga tim.”
So.
Apa yang ada dipikiran lo tentang satu kosong-kosong.
Kalo
lo mikirnya sebuah nilai. SELAMAT, ANDA TEPAT SEKALI!
Yap,
100. Nilai 100. Sempurna. Kesempurnaan. Kebahagiaan. Senyum.
Bangga. Kepuasan, dll. Bukankah nilai 100 identik dengan itu
semua?
Tapi,
yang pengen gue bahas disini bukanlah saat kita mendapatkan nilai itu, tapi
saat kita tidak mendapatkan nilai itu.
Kita
berekspektasi, kita berambisi, kita menargetkan, kita merancang, membangun dan
tentu saja selalu berharap.
Kita
berusaha, sekeras mungkin, semaksimal yang kita mampu, dorongan untuk maju
selalu ada paling depan,
Namun,
kita gagal, target kita tak terpenuhi, rancangan itu tidak berdiri kokoh dan
hasilnya jauh dari ekspektasi yang semula kita bayangkan.
Jujur,
gue sering ngalamin itu, dan lo pasti pernah ngalamin yang sama.
Gue
akuin, itu hal yang berat. Misal: Lo enggak berharap nilai MTK lo 85, dan emang
lo enggak dapet segitu. Kecewa ada, tapi gak seberapa. Tapi, ketika lo berharap
nilai Kimia lo 85, dan lo enggak dapet segitu, kecewanya mungkin bisa tiga kali
lipet dari yang tadi.
Tapi,
kita manusia, kita selalu berharap mendapatkan yang terbaik dalam segala
bidang. Ironinya, saat harepan itu jatuh satu-satu, gagal lagi dan gagal lagi. Kita
baru sadar bahwa usaha kita masih sebesar biji leci, belom ada apa-apanya, F*CK!
Saat itu….. Lo akan tahu rasanya menangis dengan onggokan harapan yang udah
membusuk.
Balik
lagi sama kesempurnaan. Banyak orang yang berekspektasi tinggi dan berhasil.
Nyatanya,
mereka enggak puas, mereka mau yang lebih dari itu, lebih lagi dan lebih lagi,
hingga merasa hanya nilai 100 yang dapat memuaskan dahaganya.
Setelah
cukup lama menuju 3 digit angka yang membuat siapapun tersenyum gembira, mereka
tidak mendapatkannya.
Mereka
kalut, menangis sejadi-jadinya, menyesal tidak bisa mendapatkan kesempurnaan.
Stress, depresi de-el-el.
Saat beberapa orang bersyukur atas
apa yang ia dapat, padahal tidak sesuai harapannya. Beberapa orang lainnya
malah menangisi harapan-harapan yang beberapa orang tadi mengharapkannya,
merasa bisa lebih dari itu.
Kita
bolehlah nuntut kesempurnaan. Manusiawi, itu sifat alamiah dari semua orang.
Tapi tragisnya, stress dan depresi itu
karena kita selalu menuntut kesempurnaan.
Kita
memang bodoh untuk mengharapkan kesempurnaan.
Yang
lebih bodoh adalah ketika kita hanya ingin
mendapatkan kesempurnaan.
Yang
lebih bodoh lagi adalah ketika kita tidak mendapatkan kesempurnaan dan tidak berusaha
memperbaikinya.
Yang
terlalu bodoh adalah ketika kita tidak ingin kesempurnaan dan tidak mau
berusaha.
Dan,
yang paling bodoh adalah ketika kita tidak pernah bersyukur atas apa yang kita
raih dengan keringat sendiri, iri dengan hasil yang jauh lebih besar dengan
keringat orang lain.
Titik.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar