Petasan meletus penuh warna.
Takbir
menggema dimana-mana.
Menyambut
hari raya suci, Idul Adha.
HAH-LOH-HAH!
Jumpa
lagi nih ama gue, siapa lagi kalo bukan orang ganteng yang nyatanya gak ada
yang ngakuin. Tapi, apalah daya raga ini, masih ada langit di atas langit,
masih banyak yang lebih ganteng #HUFT..
Malem
ini terasa begitu spesial, entah kenapa gue ngerasain ini jadi hari raya qurban
terakhir gue di Tangerang. Mungkin, tahun depan gue udah pindah ke Solo.
Mungkin, tahun depan gue udah gak bisa lagi liat bocah kecil maen petasan di
depan rumah. Mungkin, tahun depan gue gak bisa ikutan takbir di depan lapangan
bulutangkis seperti biasanya. Mungkin, tahun depan semua udah berbeda, jadi gue
gak pengen tahun depan jadi tahun-tahun suram dimana gue kangen hal-hal yang gak pernah gue lakuin. Mungkin.
Oke,
lupakan paragraf tadi, saatnya gue, agen kambing ( Maaf ya, titelnya aku ambil
) ngelaporin gimana kondisi anak-anak gue menjelang hari penyembelihan besok.
Tadi,
pagi-pagi buta, jam 9-an ( Masih buta
gak sih jam segitu? ) gue mendengar banyak kambing, sapi, dan hewan qurban
lainnya meraung-raung, seolah meminta pertolongan, dari palung hati gue yang
terdalam, gue kasian #OKESIPLEBAY.
Gue
bertanya pada salah satu sapi, sebut saja namanya Bokir.
“Gue
gak siap buat disembeleh, gak-gak, gak kuat, gak-gak kuat, gue gak kuat, sama
golok yang tajem. Tapi, inilah takdir gue, kalo setelah ini gue bisa membahagiakan
manusia dengan daging gue ini, gue ikhlas.” Ucapnya sambil senyum lebar,
mencoba ikhlas.
Gue
salut, salut banget, Bokir udah lebih dewasa sekarang, suaranya berat dan dalem
banget, dan tentunya lebih bijaksana. Mungkin, kalo dia gak disembeleh, dia
bakalan tumpengan buat ngerayain namanya yang baru, Bokir Teguh.
Tiba-tiba
Bokir mengeluarkan air bening, deras seperti pipisnya. Bedanya, air ini dikeluarkan
dari mata, bukan kemaluannya. Ia begitu sendu sedan. Ia begitu ingin hidup
seribu tahun lagi. Tapi, Tuhan tidak mengizinkan.
“Gue
kira, semuanya hal akan berakhir. Tapi yang paling menyakitkan adalah ketika
kita tidak sempat mengucapkan selamat tinggal pada hal tersebut.” Gue takjub.
Bokir ngutip dari salah satu film kebangsaannya, Life Of Pi.
Gue
terharu, ternyata gue belum ada apa-apanya sama si sapi ini.
“Terus,
gimana temen-temen lo yang lain Kir?”
“Baek,
mereka semua ikhlas, secara lahir dan batin, mereka telah siap mengorbankan
segalanya.”
“Sip,
terima kasih Bokir. Lo emang sapi paling keren. Daging lo pasti enak.”
“Gak
ada keikhlasan yang berakhir dengan kesengsaraan.”
Sekali
lagi, gue geleng-geleng kepala, meninggalkan Bokir dengan perasaan
mengharu-biru #OKEINIMAKINLEBAY.
Baiklah,
demikian lapora dari agen kambing kawasa kota Tangerang, mereka sudah siap
semua dan insya Allah ikhlas.
HUAHAHAHAHAHAHAHAHAH.
Mari
rayakan hari yang suci dengan kelakuan dan pikiran yang kelak akan tumbuh dan
berkembang menjadi lebih berarti lagi.
MALAM!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar