Bagaimana, jikalau suatu saat nanti, hanya ada waktu yang akan merajammu
dalam duka yang berkepanjangan?
Bagaimana, jikalau suatu saat
nanti, hanya ada kamu sendirian, tanpa mimpi yang sudah terlanjur kadaluarsa
untuk dicanangkan kembali.
Dan bagaimana, jikalau suatu saat
nanti, teman-temanmu akhirnya pergi meninggalkan kamu karena sudah mampu
berlari sendiri, berlari tanpa kamu.
Kamu, hanya sanggup menyesal, dan
bertanya, sambil sesekali berkata, ‘aku ingin mati saja.’
Lalu,
inikah waktu?
Secepat
aku berlari meninggalkan masa lalu? Namun ternyata, dalam setiap langkahku, aku
terseok-seok, kehabisan napas. Membawa air mata yang dibiarkan jatuh bersama
kenangan-kenangan masa lalu. Dan.. sudahlah.
Aku
hanya ingin bicara tentang waktu.
About time.
Pada
suatu saat nanti, aku akan sadar, di sebuah surat kecil bertemakan kelulusan.
Aku sadar, mulai saat itu aku akan kehilangan semuanya yang telah ada saat ini,
yang telah membuatku lelap dalam zona kenyamanan: dimanjakan orang tua,
disayang kekasih, ditemani sahabat yang senantiasa tak kenal hari bersamaku,
menemaniku, dan orang-orang yang tak dapat kusebutkan satu-per-satu.
Pada
suatu saat nanti, aku akan sadar, bahwasanya aku telah melewatkan banyak hal
yang semestinya menjadi kenangan-kenangan terbaikkku di masa ‘penggalauan’ ini.
Dalam ruang perpisahan yang di dalamnya disesaki pikiran-pikiran kacau balau
tentang jadi apa kamu dan aku nanti suatu
saat. Aku berkata, terima kasih telah mengenalku selama ini,
terima kasih atas cerita dan ceriamu, kawan.
Yeah…
Akan
datang masa itu, hanya tinggal menghitung detik, karena waktu tak selambat
ketika kamu berpuasa. Ia bergerak, berlari, sembari membawa cambuk di tangan
kirinya, akan memecut siapa saja orang yang ia lalui dengan bayang-bayang
penyesalan di masa depan.
Lalu?
Buat
apa aku disini?
Aku
hanya ada untuk mengingatkan. Konon katanya, dalam Dinasti Cina terdahulu, ada
dua orang pendamping kaisar. Yang satu untuk mencatat semua kegiatan dan apa
saja yang berhubungan dengan aktivitas kaisar, yang satu lagi untuk mengingatkan
apa yang sudah tercatat.
Dan,
aku hanya hadir untuk sekedar itu: mengingatkan.
Aku
yang dimasa depan telah memberitahuku tentang pahitnya rencana yang tak
direncanakan, tentang mimpi yang koyak, tentang sahabat yang pergi, dan tentang
penyesalan tiada akhir.
Tapi,
aku yang dimasa depan memberitahuku kabar gembira lainnya: aku tak akan
mengalami itu kalau aku tidak lagi menghabiskan 24 jam sehari dengan aktivitas mainstream tanpa tujuan.
Yah…
Aku
bukan bermaksud menggurui, kawan.
Hanya
sekadar ingin berbagi, semoga beban-beban yang kita emban selama beberapa tahun
belakangan akan dibayar lunas suatu saat nanti, suatu saat kala kita
satu-per-satu mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
Tertanggal, 1 Februari 2014:
Undangan: H-17
UN: H-73
SBMPTN: H-136
Dan kamu masih berpikir waktu masih
lama? Goblok nian!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar