Kamis, 24 Desember 2015

Pelajaran Emotional Quotient dari Whiplash

            Setelah postingan terakhir gue di blog ini adalah April lalu, gue sadar gue udah terlalu lama menelantarkan anak pertama ini dan seringkali berselingkuh untuk mengisi peramalmalam.wordpress.com yang isinya cuma galau-galauan. Gue jadi sadar makin hari gue kekurangan bahan buat tulisan yang emang pada mulanya tujuan awal gue nulis adalah pemenuhan hasrat untuk menenggelamkan diri pada waktu dan menghindari kemaksiatan. Hari ini, di hari pertama libur panjang –dan tragisnya gue malah tepar– gue berusaha buat membuat catatan kecil lagi tentang perasaan gue sehabis nonton Whiplash, film yang bagi gue cukup oriental (?)
            Awalnya, gue kira film ini sejenis kayak video tutorial main drum. Tapi o ternyata, mungkin bagi gue adalah film yang menempati rangking teratas buat genre music. Sebenernya, tulisan ini bukan ripiu sih, tapi sekadar rasa terima kasih aja kepada penulis skenario dan sutradaranya yang gak nyiptain karakter plastik lontang-lantung gak jelas arahnya mau kemana dan alur yang termehek-mehek.