Sabtu, 20 September 2014

Jogja dan Beberapa Imaji yang Belum Dibersihkan.



            20 September 2014.

Perjalanan terbaik adalah ketika memandang dunia dari balik jendela kendaraan, meski itu kendaraan yang paling kubenci: bis.

Bis punya sejarah sendiri mengapa ia sangat kubenci: salah satunya adalah, ia yang selalu menjadi saksi kepergian, kedatangan, dan air mata. Cerita-cerita di dalam bis pun seolah tak lekang dimakan zaman, meski aku juga membenci kenangan yang tercipta bersamanya, tentang perempuan berkerudung yang duduk di belakang sana. Ataupun perempuan berwajah putih dengan rambut ekor kuda dan sejumput rambut tipis yang jatuh di depan telinganya. Atau yang lebih membuatku benci adalah kenyataan aku pernah berbagi cerita masa lalu dan masa depan bersama sahabat. Dan mereka akan menjalani hidupnya sendiri-sendiri.

Senin, 08 September 2014

Monolog Tentang September dan Isinya



            Di awal September. Luka dan derita jadi satu. Lengkap dengan paket-paket kenangan yang menghibur ala depresan. Tanpa suka yang membungkusnya atau efek setelah membuka. Tanpa bahagia. Sederhananya, September adalah bulan yang patut dibumihanguskan dari peradaban muka bumi.

Manusia, manusia. Ia menghujat di awal-awal. Tahunya cinta tak berkesudahan. Mengenai paragraf satu mengenai September mohon dilupakan. Itu kebohongan pertama. Sebaliknya, September adalah bulan yang ceria. Baiklah, ini kebohongan kedua.