Sabtu, 20 Oktober 2012

Rain #3.. Bam dan Ara


            Hallo sobat semua. Semoga masih betah ya main ke blog kecil ini. Setelah project Rain #1.Wish You Come Back Here & Rain #2.. Ketika Bocah SD Masih Bocah Ingusan berhasil dipublish. Kali ini mau coba bikin project Rain #3.
***
            Jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi. Sambil membawa segelas susu hangat, Bam duduk di kursi cokelat yang berada di teras rumahnya. Sembari meminum sedikit demi sedikit susu itu, di luar sana, gerimis tengah menghampiri bumi. Entah mengapa, beberapa hari ini begitu berat, sangat-sangat berat.

Bam mencoba mengingat lagi beberapa hari yang lalu, ketika ia kembali bertemu dengan Ara di sebuah kafe kecil di sudut kota kesayangannya. Ini tidak bisa dibilang kebetulan, ini benar-benar diluar dugaan Bam. Setelah lebih dari satu tahun berpisah, tiba-tiba saja Ara tampil begitu saja dihadapannya, dengan rambut kuncir kuda dan poni yang masih khas seperti dahulu. Bam hanya melihat heran ke arah wanita dengan sosok tubuh kecil itu.

Ara masih belum menyadari kehadiran Bam yang tengah duduk memperhatikannya. Ara masih asik mendengarkan teman-temannya berceloteh ria, dari dahulu Ara memang menjadi pendengar yang baik. Meski sekarang terlihat Ara agak sedikit introvert.

Saat tengah asik Bam mengamati Ara, tiba-tiba saja fikiran liar itu datang menggerogoti fikiran Bam, memaksa kenangan-kenangan yang indah dan buruk hadir kembali. Sungguh, inilah yang paling ditakutkan oleh Bam.

Ara terlihat beranjak dari tempat duduknya, sedikit lagi ia melintas didepan meja Bam. That is a moment.

“Hai Ara, ngapain disini?” Tanya Bam dengan suara pelan, dan senyum yang coba dipaksakan.

Ara kaget sejenak, begitu ia melongokkan kepalanya dan mendapati Bam yang duduk sendirian, bertambah kagetlah Ara. Tatapannya kosong, tanpa arti, seolah tidak mengenal sosok yang tadi memanggilnya.

Beberapa detik kemudian, Ara berbalik menuju mejanya kembali, meninggalkan jejak yang Bam tak mengerti. Sikapnya sangat dingin, begitu tak perduli, dan sorot matanya menyiratkan bahwa Ara sangat tak menginginkan Bam, sangat-sangat tidak ingin.

Bam hanya diam, menghela nafas sejenak, lalu melangkah keluar dari kafe tersebut.

Hujan yang semakin deras menyadarkan Bam yang masih duduk di teras dengan segelas susu hangat. Ini memang berat, tapi Bam sadar, ia tak mau kembali membuka masa lalunya. Hidupnya sudah beranjak, tanpa Ara yang dari dahulu memang tak pernah ‘benar-benar’ hadir dalam hidupnya. Cukup sampai kemarin saja Bam melihatnya kembali.

***

            Hiks..hikss..sedih gak bro? Yaa semoga aja kalian gak pada nangis lah, cemen banget nangis gara-gara cerita begituan. Inilah project Rain #3 persembahan dai Ghiyatsableng, semoga dapat sedikit menghibur ya.

            Intinya, hidup itu harus diarahkan kedepan, biarlah masa lalu menjadi kenangan, dan jangan biarkan masa depan menjadi seperti masa lalu yang kembali terjadi ‘kenangan buruk’. Dan, pada akhirnya, post kali ini semoga memberikan banyak pelajaran bagi pembaca semua, dan khususnya bagi yang nulis.

            Byeee.. Sampai jumpa dilain waktu :D

1 komentar:

  1. ceritanya sungguh sangat mengharukan sobatku hikhikhik....

    BalasHapus