Senin, 14 Oktober 2013

Wawancara Agen Kambing Dengan Si Bokir.


            Petasan meletus penuh warna.
Takbir menggema dimana-mana.
Menyambut hari raya suci, Idul Adha.

HAH-LOH-HAH!

Jumpa lagi nih ama gue, siapa lagi kalo bukan orang ganteng yang nyatanya gak ada yang ngakuin. Tapi, apalah daya raga ini, masih ada langit di atas langit, masih banyak yang lebih ganteng #HUFT..

Malem ini terasa begitu spesial, entah kenapa gue ngerasain ini jadi hari raya qurban terakhir gue di Tangerang. Mungkin, tahun depan gue udah pindah ke Solo. Mungkin, tahun depan gue udah gak bisa lagi liat bocah kecil maen petasan di depan rumah. Mungkin, tahun depan gue gak bisa ikutan takbir di depan lapangan bulutangkis seperti biasanya. Mungkin, tahun depan semua udah berbeda, jadi gue gak pengen tahun depan jadi tahun-tahun suram dimana gue kangen hal-hal yang gak pernah gue lakuin. Mungkin.

Oke, lupakan paragraf tadi, saatnya gue, agen kambing ( Maaf ya, titelnya aku ambil ) ngelaporin gimana kondisi anak-anak gue menjelang hari penyembelihan besok.

Tadi, pagi-pagi buta, jam 9-an  ( Masih buta gak sih jam segitu? ) gue mendengar banyak kambing, sapi, dan hewan qurban lainnya meraung-raung, seolah meminta pertolongan, dari palung hati gue yang terdalam, gue kasian #OKESIPLEBAY.

Gue bertanya pada salah satu sapi, sebut saja namanya Bokir.

“Gue gak siap buat disembeleh, gak-gak, gak kuat, gak-gak kuat, gue gak kuat, sama golok yang tajem. Tapi, inilah takdir gue, kalo setelah ini gue bisa membahagiakan manusia dengan daging gue ini, gue ikhlas.” Ucapnya sambil senyum lebar, mencoba ikhlas.

Gue salut, salut banget, Bokir udah lebih dewasa sekarang, suaranya berat dan dalem banget, dan tentunya lebih bijaksana. Mungkin, kalo dia gak disembeleh, dia bakalan tumpengan buat ngerayain namanya yang baru, Bokir Teguh.

Tiba-tiba Bokir mengeluarkan air bening, deras seperti pipisnya. Bedanya, air ini dikeluarkan dari mata, bukan kemaluannya. Ia begitu sendu sedan. Ia begitu ingin hidup seribu tahun lagi. Tapi, Tuhan tidak mengizinkan.

“Gue kira, semuanya hal akan berakhir. Tapi yang paling menyakitkan adalah ketika kita tidak sempat mengucapkan selamat tinggal pada hal tersebut.” Gue takjub. Bokir ngutip dari salah satu film kebangsaannya, Life Of Pi.

Gue terharu, ternyata gue belum ada apa-apanya sama si sapi ini.

“Terus, gimana temen-temen lo yang lain Kir?”

“Baek, mereka semua ikhlas, secara lahir dan batin, mereka telah siap mengorbankan segalanya.”

“Sip, terima kasih Bokir. Lo emang sapi paling keren. Daging lo pasti enak.”

“Gak ada keikhlasan yang berakhir dengan kesengsaraan.”

Sekali lagi, gue geleng-geleng kepala, meninggalkan Bokir dengan perasaan mengharu-biru #OKEINIMAKINLEBAY.

Baiklah, demikian lapora dari agen kambing kawasa kota Tangerang, mereka sudah siap semua dan insya Allah ikhlas.

HUAHAHAHAHAHAHAHAHAH.
Mari rayakan hari yang suci dengan kelakuan dan pikiran yang kelak akan tumbuh dan berkembang menjadi lebih berarti lagi.
MALAM!!! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar