Rabu, 18 Juni 2014

Bukutubukutubukutubuku: Career First Karya Maya Arvini



Karena enggak ada pembatasnya, aku pake pembatas versiku. Kece ndak?
 
Melangkah pasti ke dunia kerja.

Tagline-nya cukup imajiner, sulit mendeskripsikan kata ‘pasti’ itu. Tapi, dengan buku yang digarap Maya Arvini, seorang yang selalu bekerja keras dan bersemangat dalam hidupnya, kata ‘pasti’ seolah-olah benar-benar ada.

Awalnya, cuma iseng-iseng kirim lamaran buat jadi ripiuw-ers, eh tanpa disangka-sangka keterima. Ekspektasiku sebenarnya gak muluk-muluk, cuma mau tahu gimana sih dunia kerja nanti, ya walaupun kuliah aja belum, maklum baru lulus SMA. Hihihih.

Tapi, yang aku dapet malah kebahagiaan yang luar biasa, aku bersyukur, buku ini lahir di tahun 2014. Aku tak membayangkan kalau buku ini lahir ketika mbak Maya sudah jadi nenek-nenek dan aku menginjak umur 50 tahun, aku pasti melewatkan kesempatan emas ‘membuka mata’ yang beberapa tahun lagi aku hadapi. Thanks very much, mbak! :)

Kesukaanku bermula pada gaya bahasa yang dituturkan, aku suka dengan pemakaian kata ‘kamu’, bukan ‘Anda’, jadi terkesan ‘gini bro, gini sis’ alias bersahabat, jadi enggak terkesan menggurui dan memilih menyampaikan pesan lewat pengalaman yang super-duper-mega-giga asik banget.

Sebenarnya, dari awal, aku sudah dibuat minder sama pengalaman mbak Maya yang disampaikan, beliau begitu berambisi, mimpinya besar, kerja kerasnya apalagi, berkorban banyak, jago dalam berbagai bidang, pintar, masalah cantik atau tidak, aku tidak tahu sih ya (Ketemuan yuk, mbak! Hehehehe). Sementara aku? Lha macam bebek enggak ada cungurnya, cuma pelanga-pelongo.
 
Rahasia keberhasilan itu sebenarnya sederhana banget kok, yaitu berani bercita-cita setinggi langit, giat (wah ada nama saya nih) bekerja keras sejak muda, dan siap menjawab tantangan yang ada di hadapan dengan sepenuh hati. Setiap tantangan dimaknai sebagai pelajaran yang bermanfaat demi meraih tujuan. Dan, yang tak kalah penting, kita mesti sadar bahwa tantangan itu sebenarnya ada di sekeliling kita.
( Hal. 3)

            Ya, seenggaknya, aku masuk dalam klasifikasi bercita-cita setinggi langit, meskipun kalimat-kalimat berikutnya belum aku terapin. Tapi, janji deh, sepuluh tahun lagi, di umur 28, aku jadi ‘orang besar’, siapa tahu bisa nulis biografi mbak Maya (mimpiku penulis, dan doakan semoga terealisasi, aaammiin!)

Bab-bab di buku ini terus bergulir, kita dikenalkan cara bagaimana hidup di lingkungan yang berbeda, sekolah, kampus, kerja, dan lingkungan lainnya. Cara menghadapi office politics yang kalau dipikir-pikir ternyata mengerikan sekali ya, aku pernah lho beberapa kali ngalamin itu, school politics, hehe.

Dan yang paling banyak dibahas dalam buku ini adalah: passion. Mungkin tanpa passion, profil yang ada di belakang buku beliau tidak secemerlang itu, mungkin tanpa passion, kita tak akan mendengar nama Maya Arvini tertera di buku Career First, mungkin tanpa passion, beliau tak mungkin dapat bepergian ke luar negeri (tanpa ngajak-ngajak aku), mungkin tanpa passion, beliau, aku, dan kita semua hanyalah tulang berjalan yang tak punya apa-apa.

Hal yang paling banyak dibahas berikutnya adalah: kegagalan dan lawan mainnya, keberhasilan.

Kegagalan bukan sesuatu yang asing buat saya.
(Hal. 11)
Kegagalan adalah peluang tak tergantikan untuk berintrospeksi dan mengatur stragegi.
(Hal. 25)

“There is little success where there is little laughter.”
Andrew Carnegie. (Hal 182)

      Mbak Maya juga memaparkan tentang betapa pentingnya kita menghargai kegagalan keberhasilan, merayakan mimpi-mipi yang tercapai, dan berterima kasih pada sahabat, orang tua, serta bersyukur pada Tuhan yang telah memberikan segalanya.

Dan.. Kalimat favoritku jatuh pada:

Nama besar kampus tidak menjamin kesuksesan orang!
(( Tjakep sekali ))
 
Mengikuti gaya mbak Maya dengan kepala terpotong. Hehehe.
(( Dan repiuw ini berakhir. Ciao! ))

1 komentar:

  1. jadi penasaran pengen baca deh,menarik tuh buat aku yang pengen memulai karir kerja :)

    BalasHapus