Setelah postingan terakhir gue di
blog ini adalah April lalu, gue sadar gue udah terlalu lama menelantarkan anak
pertama ini dan seringkali berselingkuh untuk mengisi
peramalmalam.wordpress.com yang isinya cuma galau-galauan. Gue jadi sadar makin
hari gue kekurangan bahan buat tulisan yang emang pada mulanya tujuan awal gue
nulis adalah pemenuhan hasrat untuk menenggelamkan diri pada waktu dan
menghindari kemaksiatan. Hari ini, di hari pertama libur panjang –dan tragisnya
gue malah tepar– gue berusaha buat membuat catatan kecil lagi tentang perasaan
gue sehabis nonton Whiplash, film yang
bagi gue cukup oriental (?)
Awalnya,
gue kira film ini sejenis kayak video tutorial main drum. Tapi o ternyata, mungkin
bagi gue adalah film yang menempati rangking teratas buat genre music. Sebenernya, tulisan ini bukan ripiu sih, tapi sekadar rasa terima
kasih aja kepada penulis skenario dan sutradaranya yang gak nyiptain karakter
plastik lontang-lantung gak jelas arahnya mau kemana dan alur yang
termehek-mehek.
Tokoh utama di sini jelas adalah
Andrew dan Fletcher. Murid dan guru yang bener-bener kebalikan sifatnya, gue
lumayan suka cara mengumpatnya Fletcher ini, aing mau dong plis diajarin. Berkelas dan sarkasme banget. Seolah-olah
tokoh ini diciptain cuma buat ngehina-hina doang, dan kalo melihat realita,
kita pasti pernah ngebatin, ‘Nih orang
banyak ngomongnya aja, palingan juga kagak bisa apa-apa’ Tapi, gue sadar
apa sebenarnya peran Fletcher sebagai guru penghardik ini buat apa di durasi
satu jam lewat. Disitu, setelah Andrew mengalami kegagalan luar biasa pada
konser Dunneliannya, dia kembali lagi bertemu Fletcher yang udah resign dari Shaffer Conservatory –anjir,
nama universitasnya keren bener–. Disitu, gue bener-bener ngefans sama
dialognya. Begini:
Fletcher: Aku kesana bukan sebagai
konduktor, semua orang bodoh pun bisa mengayunkan tangannya dan menjaga tempo.
Aku ada disana untuk mendorong seseorang melampaui apa yang diharapkannya. Aku
percaya kalau itu adalah kebutuhan mutlak. Jika tidak, dunia bisa kehilangan
Louis Armstrong berikutnya, atau Charlie Parker berikutnya.
Andrew: *terdiam meratapi*
F: Aku sudah cerita bagaimana Charlie Parker menjadi Charlie Parker–
A: –Jo Jones melempar simbal ke kepalanya.
F: Benar. Parker saat itu masih muda. Sangat mahir bermain saxofon,
mendapat kesempatan main di cutting
session. Dan, dia mengacaukannya. Dan Jones hampir saja memenggal
kepalanya. Dia ditertawakan seisi panggung, dia menangis semalaman, tapi esok
paginya apa yang ia lakukan? Dia berlatih. Dia berlatih, dan berlatih dengan
satu pikiran di kepalanya.. untuk tidak pernah ditertawakan lagi. Dan ketika
setahun kemudian dia kembali, dia naik panggung itu lagi, dan ia memainkan solo
terbaik yang pernah dunia dengar.
A: *tersenyum kecil*
F: Dan bayangkan jika Jones mengatakan, ‘Ya itu bagus Charlie, bagus,
usaha yang bagus.’ Dan Charlie berpikir, ‘Aku berhasil melakukan usaha yang
bagus.’ Akhir cerita, tidak akan ada Bird –kayaknya Bird ini sejenis album
terbaiknya–. Tidak ada dua kata dalam bahasa Inggris yang lebih berbahaya
ketimbang “Good Job”.
Setelah scene terbaik dalam film itu, ya kurang lebih banyak pelajaran yang
didapat, semacam perjalanan emosional. Kita tentu bisa menyerap itu sendiri.
Dan fungsi gue disini bukan menghadirkan amanah, lebih ketimbang memberikan
pandangan bahwa terkadang, orang-orang yang menghina dan mengkritik secara
pedas nyatanya mendorong kita lebih banyak untuk berhasil ketimbang orang yang cuma
bisa bilang puk-puk-yau.
Dan, Whiplash ditutup dengan ending
menakjubkan di mana si Fletcher ini tersenyum melihat permainan Andrew. Bisa
dibilang, itu satu-satunya menit yang bernuansa kebahagiaan sebelum 1 jam
50menit sebelumnya adalah penyiksaan dan tragedi yang terus-terusan berentet.
wah sibuk ya yats, sibuk kuliah, sibuk nulis, sibuk pac*ran hehe :D
BalasHapusMilk is a source of calcium needed to strengthen bones. Milk provides about 30% of daily calcium dose.
BalasHapusMakanan Untuk Menguatkan Tulang
udah lama engga nge-blog lagi ya yats:''
BalasHapus