Minggu, 06 April 2014

Semua Tentang 'Satu Kali Lagi'


            Selamat malam sobat….

Gak terasa ya, udah lebih dari tiga minggu gue gak nulis apapun di blog, serial #TimeAs rasanya baru empat bulan kemaren gue ngepost tentang detik-detik menuju gerbang mimpi, eh sekarang udah deket aja.

Yap.

Ini bukan tentang bagaimana gue dapet nilai bagus, lulus, dan lepas dari segalanya.

Tapi, tentang bagaimana gue dapet nilai yang terbaik, meneruskan, dan mencari lagi esensi dari pendidikan itu sendiri.

Ujian Akhir Nasional.

Selamat datang di Indonesia, negara dengan seribu satu dongeng tentang kemakmuran, kebahagiaan dan senyuman, negara dengan seratus ribu kelaparan, kesedihan, dan kemiskinan.

Di Indonesia, pendidikan malah jadi ladang uji coba, pergantian menteri silih berganti, APBN buat pendidikan terus meroket seiring dengan beliau yang naik jabatan, anggaran lebih dari 10 triliun dikucurkan, hanya untuk… ganti kurikulum.

Whatever lah!

Gue gak mau ngomongin tentang sistem, gue cuma bisa doain semoga kalian (generasi selanjutnya) bisa berpendidikan layaknya apa yang kalian impikan, entah yang berkiblat ke Inggris, USA, China, ataupun Finlandia (Hey, itu negara favorit gue!) :)

Sekarang saatnya, setelah tiga tahun nuntut ilmu, berangkat pagi-pulang sore, malemnya ngerjain PR atau hanya sekedar nyontek, atau bisa jadi malah ketiduran karena kecapekan, ketawa sama temen-temen, dimarahin atau dipuji guru, sok-sok jadi pahlawan kesiangan buat orang yang gue suka, bela-belain kagak maen Sabtu-Minggu cuma buat ngerjain makalah atau karya ilmiah, dan besoknya malah kagak dikumpulin, ngusung ambisi buat masa depan, mimpi-mimpi yang belom sempet direalisasikan dan berjanji buat diwujudin suatu saat nanti.

1x hari Senin.

1x hari Selasa.

1x hari Rabu.

1x hari Kamis.

1x hari Jumat.

1x hari Sabtu.

1x hari Minggu.

Kurang lebih 11 jam ujian.

Setelahnya, kita akan sibuk sama urusan masing-masing. Sadar kalo abis itu, gak ada lagi yang namanya maen-maen, semua  bakalan pasang badan dan kejar target buat masa depan.

Bukannya hidup untuk hari esok?

Jadi, kita akan lebih banyak tidak bertemu.
Mempersiapkan untuk kuliah ataupun yang mau kerja.

Jadi, kita akan lebih banyak berkutat dengan buku.
Buat SBMPTN, maupun tes karyawan.

Jadi, kita akan lebih banyak berdoa,
Buat masa depan masing-masing.

Jadi, kita akan semakin jarang hanya untuk sekadar bertemu sapa.
Melatih diri untuk terbiasa jauh dari orang-orang terdekat maupun orang yang kita sayang.

Mewakili personal.

Juga siswa-siswi SMANIC dan kota Tangerang yang gue cintai.

Provinsi Banten dan negara Indonesia.

Aku berbicara pada-Mu:

“Ya Tuhan. Maaf untuk segala kesalahan di masa lalu. Lancarkanlah segalanya, beri kami sebuah cahaya untuk masa depan. Biarkanlah, kami bahagia bersama-sama.”

Amin.

Terakhir, seorang penulis ternama, Victor Hugo, bernah berkata,  

“He who opens a school door, closes a prison.”

Salam.


3 komentar:

  1. baru sempat baca dan suka gaya bahasamu Ghiyat, lebih giat lagi menulis, membaca, berteman, berselancar di dunia maya, biar semakin padat makna setiap katanya, ditunggu tulisan berikutnya . . . btw it's funny about your 'jomblo' and bu Fitri wkwkwkwk lol.

    BalasHapus