"Ya
Tuhaaan. Maksudnya berpengalaman bukan berarti yang udah rilis buku dua kali!
Belum tentu dia rilis buku dua kali tapi berpengalaman."
"Ya udah rilis buku kan berarti udah berpengalaman!"
"Jangan liat orang berpengalaman dari segi kesuksesan! Orang yang bolak-balik gagal justru lebih berpengalaman! Berpengalaman di sini maksudnya yang wise."
"Ya udah rilis buku kan berarti udah berpengalaman!"
"Jangan liat orang berpengalaman dari segi kesuksesan! Orang yang bolak-balik gagal justru lebih berpengalaman! Berpengalaman di sini maksudnya yang wise."
Maafkan hamba.
Maafkan
hamba yang seenak jidat mencomot dialog yang sepenuhnya hak cipta milikmu dan
teman-temanmu. Tapi percayalah, tulisan yang paling lama kusimpan dan tidak kunjung
berhenti hamba sunting adalah tulisan ini, bagaimana hamba mencoba untuk
berterima kasih tapi tidak menghindarkan bagaimana hamba merasa tertohok karenanya.
Dan, tulisan ini adalah salah satu tulisan yang sengaja hamba publikasikan
akhir tahun, anggap saja bentuk pengkhususan dan bagaimana dalam tiap hari,
dialog-dialogmu terus mengubah isi otak hamba.
Satu
hal yang ingin hamba ceritakan; kurang lebih dua setengah tahun menulis,
menjalankan hobi yang cuma setengah-setengah (namun, tidak berhenti bermimpi kalau
suatu saat, ada tulisan besar yang mampu mengubah dunia), pontang-panting
susah-payah berjuang sendirian,
membangun relasi sana-sini, minder beberapa kali sebab diluar sana telah banyak
yang lebih mampu dan ternyata lebih muda daripada apa yang telah hamba lakukan
di umur delapan belas. Oh, sungguh, hamba terlihat sangat bodoh dan tidak
berguna ketika mendapati orang-orang ‘genius like shit’ sepert mereka.
Mengenai
problema berpengalaman, tidak usah kau khawatiri. Hamba juga dulu begitu, iri
terhadap kawan-kawan yang hidupnya baik-baik; orang-orang dengan harta
berlimpah, orang-orang dengan suara yang luar biasa, orang-orang yang menulis
tiap hari, orang-orang yang bepergian tiap pekan, orang-orang yang mudah
mengerjakan kalkulus dan differensial, orang-orang yang jantungnya kuat berlari
keliling Senayan dari pagi hingga malam, orang-orang yang memegang piala,
orang-orang yang mengendarai motor, orang-orang yang punya banyak teman,
orang-orang yang mempunyai cukup sepatu bagus dan kemeja yang bisa dipakai
untuk berekreasi, orang-orang yang mempunyai banyak buku dan dapat membelinya
kapanpun ia mau, orang-orang yang mempunyai banyak mimpi dan hal-hal yang membuat
hamba menjadi lebih kerdil dari siapapun.
Berangkat
dari keminderan yang terlampau dingin dan membeku, hamba mencoba sesuatu yang
baru, tanpa seseorang yang membimbing. Barangkali kau sudah tahu, bagian
tersunyi dalam kehidupan adalah ketika siapapun berjuang sendirian, ia menangis
tidak ada yang tahu, pun berhasil orang-orang abai terhadapnya. Ya, mungkin
memang kedikdayaan sepi adalah hal yang paling melintang-membujur dalam hidup
beberapa orang.
Kau,
percayalah. Salah satu alasan hamba pernah menulis panjang-panjang, berikhwal
lama-lama dan menyusun banyak rencana adalah sebab kau. Hamba memang tidah ahli
dan tidak cakap dalam membuat kata-kata, hamba akui –dan sungguh, ini adalah
pernyataan yang paling jujur– kau punya lebih banyak kemampuan daripada yang
hamba punya, kau punya lebih banyak imajinasi yang lebih liar daripada hamba,
diammu adalah yang hamba tahu adalah bentuk bagaimana khayal-khayal membungkam
mulutmu untuk berkata-kata dan hanya sibuk mengunyah batang cokelat sambil
matamu tak henti-henti menatap kosong langit kebiruan. Tulisan-tulisan di
belakang bukumu adalah bentuk konkret bagaimana Tuhan sudah secara sepihak
memberikan hal yang patut kau banggakan.
Hamba
berani bersumpah, kau adalah salah satu orang paling berbakat yang pernah hamba
temui.
***
Jadi,
setelah hamba klarifikasi sebagian kecil yang mungkin hamba belum ceritakan
dulu, yang terangkum dalam tulisan pendek ini, mungkin hamba menjadi tenang akhir tahun ini. Dan tidak lagi sibuk
mengalkulasi beragam kemungkinan persepsi-persepsi yang engkau ciptakan tentang
hamba. Lagipula, mungkin kau sudah mulai beranjak lebih dewasa, dan lebih tahu
tentang betapa sulitnya melewati kemacetan
di rute perjalananmu.
Demikian.
Dan
semoga, seiring berjalannya waktu, dan semakin lelahnya dunia menghadapi
manusia-manusia, kau tetap terjaga dalam kepercayaan dirimu bahwa suatu saat
kelak –mungkin hamba sudah banyak berkata seperti ini dahulu–, hamba akan
melihatmu di koran-koran harian bahwa kau saban hari mendapat penghargaan
Cannes dan berpidato diatas ribuan orang yang ahli dalam dunianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar