Sabtu, 31 Agustus 2013

Streaming Tears: Kapankah Kamu Pulang?


               “Aku akan pulang, kamu jangan khawatir.” Bukankah begitu janjimu? Oke,  aku terlanjur percaya padamu, dan membiarkan kamu pergi.

Keesokan harinya, kamu berjalan pelan-pelan meninggalkanku, memandangmu lamat-lamat hingga perlahan memudar. Kamu akan pulang kan? Batinku.

Rindu menyesap hangat kala angin pagi menggelitik tubuh ini. Ada sesuatu yang hilang setiap hari. Ya, siapa lagi kalau bukan kehadiranmu. Kamu pergi dengan satu alasan: mimpi. Dan aku tetap tinggal karena satu asalan: kamu.

Berhari-hari telah berlalu, pohon sycamore di sudut kota yang dulu kita jadikan tempat berteduh bersama sudah ditebang. Ayunan-ayunan dan perosotan kini telah semakin berkarat, seperti pikiranku yang semakin sekarat. Matahari tak lagi sehangat dulu, polusi kian menggagapkan napasku. Mau sampai kapan kamu pergi?

Aku masih menunggumu lebih lama lagi, menikmati teh pahit setiap paginya, dan jus hambar setiap malamnya. Aku masih terdiam, penuh harapan bahwa kamu tidak mengingkari janji. Di kota yang buruk ini, di sini aku masih menggantungkan impianku: bersamamu. Aku telah rela menguapkan impian-impianku yang lain hanya untumu.

Hujan turun.
Matahari menyengat.
Bulan berpijar.
Bintang kosong, tak cerah.
Daun berguguran.
 Bunga kembali bermekaran.

          Aku bukannya lelah menunggu, tapi entah mengapa, ini hanya pekerjaan yang sia-sia. Namun, aku tak kunjung berdiri dari tempat dudukku, menunggu sosok perempuan berambut hitam bergelombang datang dengan senyuman simpulnya.

Kemanakah perginya kamu?
Kemanakah?

2 komentar: