Selasa, 10 April 2012

Altar Putih


Kugoreskan sebuah silet di ruas-ruas jemariku.
Berharap kekecewaan ini dapat berlalu.
Bahkan kalau bisa ingin aku melewati ambang waktu.
Dan hadir di surga untuk mengadu.
Tentang semua lukaku.

            Bayangmu begitu menancap di hati.
            Sangat sulit untuk mati.
            Karena kenangan itu begitu terekam di memori.
            Hingga atap bumi ambrukpun dirimu takkan pernah terganti.

Malam inipun hadir seorang diri.
Tanpa senyuman manja rembulan yang biasanya menari.
Tanpa kelipan bintang yang baisanya menghiasi.
Sama seperti jiwa ini yang selalu sepi.

            Biasanya..
            Tiap matahari redup, wajahmu kian jelas menari.
            Didepan tatap sorot mataku bak bidadari.
            Tapi apa...
            Kau telah pergi.
            Dan selamanya takkan pernah kembali..
            Dan kini sudah tenang di sebuah tempat bernama Altar Putih.

"Bahagiakanlah kekasihmu, jika kau benar-benar mencintainya, buatlah sebisa mungkin dia terus tersenyum karenamu. Sebeluk senyumnya terenggut oleh kematiannya."

2 komentar: